Pendahuluan
Manusia adalah hamba Tuhan, tiada lain tugasnya selain
mengabdi pada-Nya, pengabdian ini tidak membatasi ruang waktu baik dalam
keadaan apapun harus senantiasa mengingat-Nya. Dan salah satu ibadah yang
paling mulia adalah membaca shalawat kepada kekasih-Nya yaitu Nabi besar kita
habibana wanabiyyana Muhammad Saw. Shalawat di hadapan Tuhan mempunyai peranan
penting dan tempat khusus. Karena dengan sholawat mempunyai pengaruh yang
bermakna dan menyebabkan kesucian hati, turunnya rahmat Ilahi dari langit serta
menghilangkan segala kesusahan dan mendekatkan diri pada Tuhan. Makalah yang
ada tentang shalawat kebanyakan menjelaskan tentang keutaman membaca shalawat,
namun dalam makalah ini menitikberatkan pada pertanyaan dasar kenapa shalawat
mempunyai pengaruh positif dan bagaimana keajaiban shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw .
Dalam makalah ini akan menjelaskan topik shalawat,
diantanya: definisi shalawat, falsafah dan pentingnya shalawat, pengaruh
positif dan keajaiban shalawat serta
tata cara bersalawat. Dalam penelitian ini dengan menggunakan analisi daftar
pustaka khususnya Al- Quran dan Riwayat serta kitab-kitab mu`tabar lainnya.
Definisi Shalawat
Kata Shalawât berasal dari bahasa arab yang merupakan
bentuk jamak dari Shalât yang mempunyai asal kata
Shallâ-Yushalli yang berarti berdoa atau
memohon. Oleh karena itu definisi shalawat menurut etimologi adalah “do’a,
pemberian salam, rahmat dari Tuhan, memberi berkah, dan ibadat”.[2] Dalam
perkembangannya, penggunaan kata-kata tersebut semakin bermacam-macam sehingga
artinya pun menjadi beraneka ragam, diantaranya ia menjadi nama salah satu
bentuk ibadah umat Islam, yaitu shalat, karena shalat merupakan salah satu
bentuk apresiassi-aplikatif penyembahan dan permohonan seorang hamba kepada
Tuhannya.
Kemudian definisi terminologi shalawat yaitu ucapan orang
mu`min dalam melaksanakan tasyahud (bagian juz`i shalat). Yaitu kalimat
allahumma shalli a`la Muhammad wa `ali muhammad. Barangsiapa dalam tasyahud
tidak membaca kata `ali muhammad maka shalatnya batal sedangkan para ulama
berpendapat bahwa shalawat menjadi hukum wajib tatkala dalam tasyahud dan
selain itu adalah hukumnya sunnat.[3]
Ibn Mandzur menjelaskan di dalam bukunya Lisan al-‘Arab,
shalawat atas nabi itu dapat berasal dari tiga macam, yaitu Allah, malaikat dan
manusia—sebagaimana dikemukakan ayat 56 surat al-Ahzab. Kalau Allah bershalawat
atas hambanya, maka shalawat dalam hal ini artinya adalah bahwa Allah
mencurahkan rahmat-Nya – Allah melimpahkan berkah-Nya.Dengan demikian maka
shalawat Allah kepada hamba-Nya dibagi dua, yakni : “khusus” dan “umum”.
Shalawat khusus, ialah shalawat Allah kepada Rasul-Nya,
para nabi-Nya, istimewa shalawat-Nya kepada Nabi Muhammad Saw.- Shalawat umum,
ialah shalawat Allah kepada hamba-Nya yang mu’min. Setelah itu haruslah
diketahui bahwa arti perkataan “Shalawat Allah kepada Nabi Muhammad Saw.”,
ialah memuji Muhammad, melahirkan keutamaan dan kemuliaannya, serta memuliakan
dan memperdekatkan Muhammad itu kepada diri-Nya.
Apabila para malaikat
mengucapkan shalawat, artinya kesucian atau pujian atas Nabi Saw serta mereka
memohonkan ampun untuk Rasulullah Saw kepada Allah SWT. Maka pengertian
shalawat malaikat kepada Nabi Saw. adalah, memohon kepada Allah supaya Allah
mencurahkan perhatiannya kepada Nabi (kepada perkembangan agama), supaya
tersebar luas di jagat raya.
Adapun pengertian kita “Bershalawat atas Nabi Saw.”, ialah :
ialah doa atas Nabi Saw yaitu merupakan permohonan manusia kepada Allah agar
mencurahkan karunia rahmat-Nya kepada Rasulullah beserta alam seisinya serta
mengakui kerasulannya dan memohon kepada Allah melahirkan keutamaan dan
kemuliaannya, adalah dengan melahirkan agama yang dibawa Muhammad di atas
segala agama yang lain dan melahirkan kemuliaannya di atas kemuliaan nabi-nabi
yang lain.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa “Bershalawat”
artinya : kalau dari Allah berarti memberi rahmat dan kasih sayang kepada Nabi
Muhammad Saw : dari malaikat berarti kesucian atau pujian atas Nabi Saw serta
memintakan ampunan untuk Rasulullah Saw.dan kalau dari orang-orang mu’min
berarti berdo’a atau permohonan manusia kepada Allah agar mencurahkan karunia
rahmat-Nya kepada Rasulullah dan alam isinya. Dengan kata “Allâhumma Shalli
’Âlâ Muhammad Wa Âli Muhammad’ Artinya : “Ya Allah, limpahkan rahmat atas Nabi
Muhammad Saw dan kepada keluarga Nabi Muhammad Saw”.
Shalawat dan Al-Quran dan Riwayat
Dalam Al-Qur’an Allah Swt. Berfirman tentang shalawat
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi, wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab, ayat : 56)
Al-Qur’an
surat al-Ahzab ayat 56 memberitakan keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad Saw.
di antara seluruh makhluk yang ada di ‘Arsy, langit, bumi dan alam semesta.
Begitu agungnya sehingga Allah yang menciptakannya beserta para malaikat
memujinya dan selalu bershalawat untuknya. Oleh karena itu, bila Allah saja
membaca shalawat maka manusia, terutama orang-orang yang beriman harus ikut
memuji dan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Dalam penafsiran ayat di atas para imam penjelaskannya.
diantaranya hadist dari Imam Kadhim as tentang makna shalawat Tuhan, malaikat
dan orang mukmin yaitu beliau berkata: “Shalawat dari Tuhan adalah rahmat,
shalawat dari malaikat adalah kesucian, pujian atas Nabi Saw dan shalawat dari
manusia adalah do`a”. Kemudian hadist dari Imam Shadiq as berkata : ”Pujilah
Nabi Saw dan sampaikan salam artinya adalah ikutilah perkataan Nabi Saw”.[4]
Falsafah dan Pentingnya Dzikir Shalawat
Kenapa shalawat dalam budaya Islam sangat begitu ditekankan
dan diperhatikan sekali, hikmah pertama shalawat adalah salam dan kata
penghormatan yang paling mulia yang dikuatkan oleh dalil Naqli (Al Qur`an dan hadist) dan dalil Aqli
(penghormatan pada Nabi Saw yang hukumnya adalah wajib). Tuhan saja yang
sempurna memberikan shalawat pada Nabi Saw dan ini merupakan hak Tuhan pada
beliau apalagi orang mukmin yang membutuhkan syafaat dari beliau, oleh karena
itu maka orang mukmin semestinya membaca shalawat atas Nabi Saw.
Kedua, dengan membacakan shalawat menandakan telah memenuhi
sebagian hak-hak Nabi atas umatnya. Ketiga
karena ruh manusia yang lemah dan kurang potensi untuk menerima cahaya
ilahi, dan perlunya korelasi antara ruh manusia dan ruh para Nabi, sehingga
cahaya ilahi dari alam ghaib memancar pada ruh manusia. Kemudian syarat
pancaran cahaya ilahi tersebut dikarenakan bacaan shalawat atas Nabi-Nya. Dan
hikmah ke empat pengaruh membaca shalawat di alam dunia menandakan sebuah
pengharapan di hari akhir atas rahmat dan maghfirah Tuhan Swt, oleh karena itu
dengan berkat bacaan shalawat Tuhan akan mengabulkannya.
Dalam kitab Khazînatul Jawâhir Alamah Nahowandi tentang
falsafah shalawat menjelaskan bahwa:
- Shalawat adalah bentuk penghormatan dan salam yang paling baik pada kekasih-Nya, shalawat adalahjalan yang paling baik untuk menuju ke wilayah Ahlu Bait as, dan dengan jalan ini secara langsung manusia akan mendapatkan inayat dan pertolongan Tuhan Swt di dunia dan di akhirat.
- Shalawat merupakan dzikir yang paling agung di hadapan Tuhan Swt dan akan mendapatkan tempat khusus di sisi-Nya, oleh karena itu manusia yang bershalawat atas Nabi-Nya akan merasa lebih dekat dengan Tuhannya dan termasuk orang berwibawa di hadapan Tuhannya.
- Shalawat dapat mensucikan hati manusia, karena hati manusia cenderung pada sosok manusia yang suci dan agung, sehingga pada hakikatnya dengan membaca shalawat manusia akan berada di dekat orang-orang suci Rasulullah Saw dan keluarganya Ali as, Fatimah sa, Hasan as, Husain as dan keluarga Nabi Saw yang telah syahid. Dengan mengucapkan shalawat dalam waktu yang sejenak membuat hati kita menjadi lapang, tenang dan hidup penuh berarti, serta akan membuat taqdir kita lebih baik lagi.
- Dengan bershalawat manusia akan menjadi kekasihnya dan termasuk orang-orang yang dikasihi dan dicintai Allah Swt. Betapa mulianya derajat ini yang mengakibatkan manusia akan terbebas dari segala keterasingan, kegalauan, dan permasalahan. Di saat kita penuh dengan permasalahan seolah-olah kita ada hubungan dekat dengan-Nya dan Beliau memegang tangan kita sehingga perasaan sedih dan galau hilang seketika.
Pengaruh Keajaiban Shalawat
Imam Ja’far Shadiq as menukil dari Rasulullah Saw :
“Ucapkanlah shalawat kepadaku dengan suara keras karena sesungguhnya hal itu
akan menghilangkan nifaq”.[5]
2. Keajaiban menulis shalawat
Nabi Saw bersabda : “Barangsiapa yang menulis shalawat
kepadaku dalam sebuah buku maka malaikat akan memintakan ampun baginya selama
namaku ada di buku itu”[6].
3. keajaiban
shalawat dan dihapusnya dosa-dosa
dan bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali
saja maka tidak akan tinggal padanya dosa sebesar dzarrah pun”.[7]
4. Keajaiban
shalawat dan kesehatan fisik dan fsikis
Nabi Saw bersabda :“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku
sekali saja, maka Allah akan membukakan baginya pintu pengampunan”[8]
5. Keajaiban
shalawat dan dikabulkannya do’a serta disucikannya amalan
Nabi Saw bersabda :”shalawat kalian padaku menyebabkan
dikabulkannya do`a kalian dan menyebabkan dibersihkannya amalan kalian”.[9]
6. shalawat
menghilangkan perbuatan buruk
Imam Ridho berkata:”Barangsiapa yang tidak bisa membayar
kafarah dosanya maka perbanyaklah shalawat kepada Nabi Saw dan keluarganya,
sesungguhnya dengan bershalawat itu akan menghilangkan perbuatan keji”.[10]
7. Shalawat
adalah dzikir yang paling utama
Dari Abdus Salam bin Nuaim mengatakan:”Aku berkata kepada
Aba Abdillah as: aku memasuki Ka`bah dan aku tidak memiliki do`a kecuali
shalawat atas Muhammad dan keuarganya, kemudian beliau berkata:” ketahuilah
tidak ada sesuatu yang keluar yang lebih mulia diucapkan dari apa yang kamu
katakan itu”.[11]
8. Shalawat akan
menjadi cahaya kubur dan penolong melewati shiratal mustaqim
Rasulullah Saw bersabda:”Perbanyaklah shalawat padaku,
karena shalawat kepadaku adalah cahaya yang menerangi kubur dan cahaya ketika
melintasi shiratal mustaqim dan cahaya di surga”.[12]
Shalawat dan
beratnya amal kebajikan
Imam Shodiq as. berkata:”Tiada amalan yang lebih mulia pada
hari kiamat atas Muhammad dan
keluarganya”.[13]
Keutamaan Bershalawat Atas Nabi Muhammad Saw.
Allah Swt mengajak hamba-hamba-Nya untuk bershalawat atas
Nabi Muhammad Saw tentu bukan tanpa manfaat dan hikmah. Khususnya bagi mereka
yang membacanya. Beberapa keutamaan
bershalawat diantaranya :
Mendapat
syafa‘at al-‘uzma Nabi Muhammad Saw di hari kiamat nanti pada saat kebangkitan
di saat seluruh umat manusia berusaha mencari pertolongan demi keselamatan diri
mereka. Membaca shalawat, selain bernilai ibadah, juga termasuk salah satu cara
menghormati dan memuliakan nabi. Namun, membaca shalawat saja tidaklah cukup
dan bahkan tidak akan mendapatkan syafaat jika beliau tidak dijadikan teladan
dalam kehidupan, mematuhi segala perintah dan ajarannya, serta meninggalkan
segala larangan dan perkara yang dibencinya. Apabila hal itu tidak
dilaksanakan, maka bukan syafaat dan surga yang didapat, akan tetapi neraka dan
murka Allah sebab ini termasuk perbuatan yang menyakiti Allah dan rasul-Nya. Di
dalam al-Qur’an dijelaskan “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan
Rasul-Nya,. Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat serta menyediakan
baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang
mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. al-Ahzab: 57 – 58).
Malaikat akan
selalu bersamanya. Rosulullah Saw bersabda:” Sesungguhnya para malaikat
melewati majlis dzikir shalawat lalu para malaikat berhenti di atas kepala
mereka, dan para malaikat menangis karena
tangisan mereka dan mengaminkan doa-doa mereka sampai Nabi Saw
mengatakan;”Allah Swt berfirman bagi mereka
:Aku menyaksikan kalian sesungguhnya Aku mengampuni mereka”.[14]
Shalawat akan
menghilangkan nifak
Imam Ja’far Shadiq as
menukil dari Rasulullah Saw : “Ucapkanlah shalawat kepadaku dengan suara keras
karena sesungguhnya hal itu akan menghilangkan nifaq”.[15]
Syarat
dikabulkannya doa
Dari Imam Ali as : “semua do’a itu terhalang sampai
diucapkan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya”.
Dari Imam Shadiq as berkata : “Barangsiapa yang memiliki
permohonan kepada Allah Swt kemudian memulai dengan mengucapkan shalawat kepada
Muhammad dan keluarganya, kemudian memohon kepada Allah Swt dan menutup dengan
shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, sesungguhnya Allah Swt lebih mulia
untuk menerima dua do’a diawal dan akhir tanpa mengabulkan do’a yang di tengah,
dan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya itu menghilangkan penghalang tidak
dikabulkannya do’a”.[16]
Menghilangkan
kerugian di hari kiamat
Dari Imam Shadiq as, berkata: “Tiada di setiap majelis yang
di dalamnya tidak mengingat Allah Swt dan tidak mengingat nama kami kecuali
majelis itu menjadi sia-sia pada hari kiamat kelak”[17].
Amalan yang
paling baik di alam barzah dan di hari kiamat
Dari Abu Alqamah mengatakan: “pernah Rasulullah Saw setelah
shalat subuh menghadap pada kami, lalu bersabda: “wahai para sahabatku, malam
ini aku bermimpi melihat pamanku hamzah bin abdul Muttalib dan saudaraku Ja’far
bin abu Thalib. Aku mendekati mereka dan bertanya: “demi ayah dan ibuku, amalan
apa yang paling baik yang kalian temui ?”. mereka berdua berkata: “demi ayah
dan ibu kami, kami mendapati bahwa amalan yang paling baik adalah beshalawat
padamu, menginfakkan harta dan mencintai Ali bin Abi Thalib”[18].
Shalawat
adalah dzikir pada Tuhan
Imam Ridha as ditanya mengenai tafsir firman Allah Swt “Wa
dzakarasma Rabbihi fashalla” dan dia menyebut nama Tuhannya dan berdo’a, Imam
as berkata: “ketika disebut nama Tuhan hendaklah bershalawat”[19].
Menjadi tamu
Nabi Saw di surga
Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang pertama kali memakai
pakaian kebesaran pada hari kiamat adalah kakekku Ibrahim as dan duduk di
sebelah kanan Arasy, setelah itu aku dipakaikan pakaian kebesaran, kemudian
Amirul Mukminin Ali bin abi Thalib as berdiri di hadapanku lalu seluruh umat
berdiri di belakangku dengan perbedaan derajat mereka, barangsiapa membaca
shalawat sepuluh kali setelah selesai mengerjakan shalat lima waktu dan
mengirimkan shalawat kepadaku dan keluargaku maka dia berada di dekatku, dia
melihatku dan aku melihatnya. Dan wajahnya bersinar seperti malam ke empat
belas”[20].
Shalawat dan
penderitaan syaithan
Pada suatu hari Rasulullah Saw melewati sebuah jalan. Dia
melihat syetan dalam keadaan sangat lemah dan kurus. Beliau bertanya padanya :
“mengapa engkau seperti demikian ?” syetan berkata :”Ya Rasulullah, aku
menderita karena umatmu dan sangat menyusahkanku”. Rasulullah Saw bertanya:
“Apa yang telah dilakukan umatku kepadamu ?” dia berkata: “Ya Rasulullah,
umatmu terdiri dari enam golongan, dan aku tidak memiliki kekuatan untuk
melihat mereka. Yang pertama adalah ketika mereka bertemu mereka saling mengucapkan
salam, kedua mereka saling berjabat tangan, ketiga ketika mereka hendak
mengerjakan suatu pekerjaan mereka mengucapkan Insya Allah, keempat adalah
mereka selalu memohon ampun atas dosa mereka, kelima adalah ketika mendengar
nama engkau disebut mereka mengucapkan shalawat dan keenam adalah setiap
memulai mengerjakan sesuatu mereka mengucapkan “Bismillahir Rahmânir
Rahîm".
Tata Cara Bershalawat Atas Nabi Muhammad Saw.
Al-Quran dalam surat al-Ahzab ayat 56 memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman agar senantiasa bershalawat atas Nabi Muhammad Saw.
Akan tetapi pengucapan shalawat itu harus sesuai dengan aturan-aturan yang
telah diajarkan Allah Swt dan Nabi-Nya, sebab ia merupakan bentuk do’a
sekaligus penghormatan kepada Rasulullah Saw.
Larangan
Membaca Shalawat al-Batra
Rasulullah Saw. bersabda di dalam salah satu hadisnya :
“Janganlah kalian bershalawat untukku dengan shalawat al-batra’
(terputus/tanggung)”. Para sahabat bertanya, “Apakah shalawat al-batra’ itu?”
Nabi Saw. menjawab, “Yaitu kalian mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad
(ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad) lalu kalian diam, tetapi
ucapkanlah Allâhumma Shalli ’Âlâ Muhammad Wa Âli Muhammad (ya Allah, berikanlah
rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad)”[21].
Hadis di atas mengajarkan agar manusia jangan menjadi orang
yang pelit serta tanggung dalam bershalawat, yakni hanya cukup mengucapkan
Allâhumma Shalli ’Âlâ Muhammad Wa Âli Muhammad, akan tetapi harus lengkap
membawa keluarga Nabi Saw., yaitu dengan mengucapkan Allâhumma Shalli ’Âlâ
Muhammad Wa Âli Muhammad Ini dikarenakan
bahwa nabi adalah bagian dari keluarga, begitu pula keluarganya merupakan
bagian dari diri nabi. Sebagaimana Rasulullah Saw menjelaskan, beliau berdoa,
“Ya Allah, sesungguhnya mereka (keluarga nabi) adalah bagian dari diriku dan
diriku juga bagian dari mereka, maka jadikanlah keberkahan, rahmat, ampunan
serta keridhaan-Mu untukku dan mereka (keluargaku)”. (Al-Hadis). Berdasarkan
hadis di atas, para ulama menetapkan bahwa sedikit-dikitnya bacaan shalawat
adalah : Allâhumma Shalli ’Âlâ Muhammad Wa Âli Muhammad .
Anjuran
membaca shalawat sempurna dan ja`mi`
Imam Baqir as ketika melihat orang yang meletakkan tangannya
ke dinding ka’bah sambil mengucapkan shalawat yang terputus yang berkata:
“Allâhumma Shalli ’Âlâ Muhammad”, sambil menangis beliau berkata: “wahai si
fulan, janganlah engkau mengucapkan shalawat yang terputus, janganlah engkau
menzolimi hak kami, ucapkanlah : “Allâhumma Shalli ’Âlâ Muhammad Wa Âli
Muhammad ”[22].
Shalawat dalam
memulai do`a
Dari Imam Shadiq as berkata : “Barangsiapa yang memiliki
permohonan kepada Allah Swt kemudian memulai dengan mengucapkan shalawat kepada
Muhammad dan keluarganya, kemudian memohon kepada Allah Swt dan menutup dengan
shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, sesungguhnya Allah Swt lebih mulia
untuk menerima dua do’a diawal dan akhir tanpa mengabulkan do’a yang di tengah,
dan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya itu menghilangkan penghalang tidak
dikabulkannya do’a”.[23]
Kesempurnaan
shalat dengan shalawat
Imam shadiq as berkata: “Puasa disempurnakan dengan membayar
zakat, yakni zakat fitrah, demikian pula shalawat adalah penyempurna sholat”.
Shalawat dalam
berwudhu
Rasulullah Saw bersabda: ”Ya Ali, ketika engkau mulai
berwudhu maka ucapkanlah “Bismillahi wasshalâtu ‘Ala Rasulillah”.
Waktu membaca
shalawat
Rasulullah Saw bersabda : “Perbanyaklah membaca shalawat
padaku pada hari Jum’at shalawat padaku kecuali aku akan menjawab shalawat mereka”[24].
Imam Shadiq as berkata: “Tiada amalan yang lebih baik pada
hari Jum’at kecuali shalawat kepada Muhammad dan keluarganya”[25].
Shalawat dalam
keadaab bagaimanapun
Rasulullah Saw bersabda: “Bershalawatlah padaku dimanapun
kalian berada, karena shalawat kalian akan sampai kepadaku”.
Bilangan
shalawat
Bahwa tidak ada batasan seorang mukmin membaca shalawat
untuk nabinya, bahkan semakin banyak dan sering ia bershalawat maka akan
semakin banyak pula kebaikan yang didapat. Dan orang yang paling banyak
bershalawat padanya, di akhirat kelak akan menjadi teman dekat Rasulullah Saw.
Tidak ada yang dapat membalas itu semua kecuali Allah Swt. dengan
menganugerahkan berbagai kebaikan dan ampunan sepanjang hidup orang yang mau
selalu membaca shalawat untuk utusan Allah yang mulia.
Mengeraskan
suara dalam membaca shalawat
Imam Ja’far Shadiq as menukil dari Rasulullah Saw:
“Ucapkanlah shalawat kepadaku dengan suara keras karena sesungguhnya hal itu
akan menghilangkan nifaq”.[26]
Kesimpulan
Dengan memperhatikan kesimpulan di bawah ini shalawat kepada
Nabi SAW adalah dzikir Tuhan yang paling agung karena ada beberapa sebab
diantaranya:
- Dzikir Shalawat adalah menyebabkan iman kita lebih kuat dan menyebabkan manusia selalu berdekat diri pada-Nya.
- Rahmat dan hidayah Allah SWT dengan metode amalan semakin mudah diraih, yaitu dengan mengucapkan kalimah shalawat kepada Nabi SAW dengan penuh kekhusyuan dan hati yang ikhlas.
- Dengan memperhatikan keajaiban shalawat kepada Nabi SAW sangat berpengaruh atas kondisi sosial manusia dan bisa menjadi solusi dalam aspek kehidupan.
- Pentingnya dzikir shalawat kepada Nabi SAW diterapkan dalam lingkungan sosial khususnya untuk para generasi muda supaya syiar Islam terus memancar sampai akhir zaman.
Daftar pustaka
1. Al Qur`Anul Karim
2. Al Asqalani, Ibn Hasan, Lisanul Arab, Muassasah Ilmi, Beirut, Cet2, 1390
3. Alamah Aloandi,Khazinatul Jawahir,Tus
4. Hur Amuli, Muhammad Bin Husain, Wasailus Syiah, Ahlu Bait Qom Cet 2 1414 H
5. Isfahani, Allamah Ar-Raghib, Mufradhat Alfadul Qur`An, Dar As Syamiyah, Beirut 1429 H
6. Kulainy, Muhammad Bin Yakub, Usul Kafi, Rozi Darul Kitab Islamiah Tehran Cet3 1388
7. Majlisy, Muhammad Baqir, Bihârul Anwâr, Muassasah Alwafa Beirut Cet2, 1403
8. Najafi, Muhammad Hasan, Jawahirul Kalam, Darul Kutubul Islamiah Tehran,1365
9. Syaifi Mozandaroni, Sayyid Muhammad, I`Jaz Shalawat,Zair,Qom,1386
10. Syaikh Shaduq, Tsâwâbul A’mâl, Mansyurat Syarif Radhi Qom Cet 2 1368
11. Syaikh Shaduq, Bunyâd bi`Tsat, Al Amali Qom Cet 1 1417 H
[1] Ditulis oleh Lela Nurlaela Mahasiswi Fakultas Teologi Jurusan Aqidah Filsafat di Bintul Hoda high school University
[2] Allamah Ar-Raghib Isfahani, Mufradhat Alfadul Qur`an, hal :491
[3] Muhammad Hasan Najafi ,Jawahirul Kalam, jld. 10, hal. 262
[4] Abbas Azizi, Shalawât, hlm. 12
[5] Usul kafi,Kulainy jld 2 hlm:494, Wasâilus Syiah, hadis 3, jld 7, hlm. 192, hadis 9088, tsâwâbul A’mâl, hlm. 159, Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 59.
[6] Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 71.
[7] Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 63.
[8] Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 63.
[9] Wasailus Syiah, jld. 7, hlm. 56.
[10] Wasailus Syiah, jld. 7, hlm. 194 .no 9095
[11] Usul Kafi jld :2 hlm :494
[12] Bihârul Anwâr, jld. 79, hlm. 64.
[13] Wasâilus Syiah, jld 4, hlm. 28
[14] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 231
[15] Usul kafi,Kulainy jld 2 hlm:494, Wasâilus Syiah, hadis 3, jld 7, hlm. 192, hadis 9088, tsâwâbul A’mâl, hlm. 159, Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 59.
[16] Wasâilus Syiah, hadis 92, jld 7, hlm. 231,Bihârul Anwâr, jld. 72, hlm. 468. Jawâhirul kalâm, jld. 10, hlm. 255
[17] Wasâilus Syiah, hadis 9104, jld 7, hlm. 198. Ushul Kafi, jld. 4, hlm. 254
[18] Bihârul Anwâr, jld. 39, hlm. 274.
[19] Ushul Kafi, jld. 2, no hadis 18, hlm. 495. Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 201
[20] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 328
[21] Abbas Azizi, Shalawât, hlm. 51
[22] Wasâilus Syiah, hadis 9112, jld 7, hlm. 202
[23] Wasâilus Syiah, hadis 92, jld 7, hlm. 231,Bihârul Anwâr, jld. 72, hlm. 468. Jawâhirul kalâm, jld. 10, hlm. 255
[24] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 380
[25] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 380
1. Al Qur`Anul Karim
2. Al Asqalani, Ibn Hasan, Lisanul Arab, Muassasah Ilmi, Beirut, Cet2, 1390
3. Alamah Aloandi,Khazinatul Jawahir,Tus
4. Hur Amuli, Muhammad Bin Husain, Wasailus Syiah, Ahlu Bait Qom Cet 2 1414 H
5. Isfahani, Allamah Ar-Raghib, Mufradhat Alfadul Qur`An, Dar As Syamiyah, Beirut 1429 H
6. Kulainy, Muhammad Bin Yakub, Usul Kafi, Rozi Darul Kitab Islamiah Tehran Cet3 1388
7. Majlisy, Muhammad Baqir, Bihârul Anwâr, Muassasah Alwafa Beirut Cet2, 1403
8. Najafi, Muhammad Hasan, Jawahirul Kalam, Darul Kutubul Islamiah Tehran,1365
9. Syaifi Mozandaroni, Sayyid Muhammad, I`Jaz Shalawat,Zair,Qom,1386
10. Syaikh Shaduq, Tsâwâbul A’mâl, Mansyurat Syarif Radhi Qom Cet 2 1368
11. Syaikh Shaduq, Bunyâd bi`Tsat, Al Amali Qom Cet 1 1417 H
[1] Ditulis oleh Lela Nurlaela Mahasiswi Fakultas Teologi Jurusan Aqidah Filsafat di Bintul Hoda high school University
[2] Allamah Ar-Raghib Isfahani, Mufradhat Alfadul Qur`an, hal :491
[3] Muhammad Hasan Najafi ,Jawahirul Kalam, jld. 10, hal. 262
[4] Abbas Azizi, Shalawât, hlm. 12
[5] Usul kafi,Kulainy jld 2 hlm:494, Wasâilus Syiah, hadis 3, jld 7, hlm. 192, hadis 9088, tsâwâbul A’mâl, hlm. 159, Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 59.
[6] Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 71.
[7] Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 63.
[8] Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 63.
[9] Wasailus Syiah, jld. 7, hlm. 56.
[10] Wasailus Syiah, jld. 7, hlm. 194 .no 9095
[11] Usul Kafi jld :2 hlm :494
[12] Bihârul Anwâr, jld. 79, hlm. 64.
[13] Wasâilus Syiah, jld 4, hlm. 28
[14] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 231
[15] Usul kafi,Kulainy jld 2 hlm:494, Wasâilus Syiah, hadis 3, jld 7, hlm. 192, hadis 9088, tsâwâbul A’mâl, hlm. 159, Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 59.
[16] Wasâilus Syiah, hadis 92, jld 7, hlm. 231,Bihârul Anwâr, jld. 72, hlm. 468. Jawâhirul kalâm, jld. 10, hlm. 255
[17] Wasâilus Syiah, hadis 9104, jld 7, hlm. 198. Ushul Kafi, jld. 4, hlm. 254
[18] Bihârul Anwâr, jld. 39, hlm. 274.
[19] Ushul Kafi, jld. 2, no hadis 18, hlm. 495. Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 201
[20] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 328
[21] Abbas Azizi, Shalawât, hlm. 51
[22] Wasâilus Syiah, hadis 9112, jld 7, hlm. 202
[23] Wasâilus Syiah, hadis 92, jld 7, hlm. 231,Bihârul Anwâr, jld. 72, hlm. 468. Jawâhirul kalâm, jld. 10, hlm. 255
[24] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 380
[25] Wasâilus Syiah, jld 7, hlm. 380
[26] Usul kafi,Kulainy jld 2 hlm:494, Wasâilus Syiah, hadis 3, jld 7, hlm. 192, hadis 9088, tsâwâbul A’mâl, hlm. 159, Bihârul Anwâr, jld. 91, hlm. 59.